Search This Blog

INTERAKSI SIMBOLIK DALAM REALITAS SOSIAL


Hasil gambar untuk INTERAKSI SIMBOLIK

Manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi simbol-simbol. Kemampuan itu digunakan untuk berkomunikasi antar pribadi dan pikiran subjektif. George Herbert Mead Menyatakan, bahwa pikiran atau kesadaran manusia sejalan dengan kerangka evolusi Darwinis. Berpikir, bagi Mead, sama artinya setara dengan melakukan perjalanan panjang yang berlangsung dalam masa antargenerasi manusia yang bersifat subhuman. Dalam “perjalanan” itu ia terus-menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga sangat memungkinkan terjadinya perubahan bentuk dan karakteristiknya

Komunikasi melalui isyarat-isyarat sederhana adalah bentuk yang paling sederhana dan yang paling cocok dalam berkomunikasi, tetapi manusia tidak terbatas pada bentuk komunikasi ini. Bentuk yang lain adalah komunikasi simbol. Karakteristik khusus dari komunikasi simbol manusia adalah tidak terbatas pada isyarat-isyarat fisik. Sebaliknya, menggunakan kata-kata dan simbol-simbol suatu yang mengandung arti yang dipahami bersama dan bersifat standar. Kemampuan manusia menggunakan simbol suara yang dimengerti bersama memungkinkan perluasan dan penyempurnaan komunikasi jauh melebihi apa yang mungkin melalui isyarat fisik aja.

Bagian penting dari pembahasan Mead adalah hubungan timbal balik antara diri sebagai objek dan diri sebagai subjek. Diri sebagai objek ditunjukkan oleh Mead melalui konsep “Me”, sementara ketika sebagai subjek yang bertindak ditunjuknya dengan konsep “I”.

Mead memandang diri itu adalah individu yang menjadi objek sosial bagi dirinya. Menjadi objek sosial bagi dirinya berarti individu itu memperoleh makna-makna yang diartikan oleh orang lain disekelilingnya. Setelah diri berkembang dengan sempurna, maka diri itu tidak akan statis. Ia senantiasa akan berubah sesuai perubahan yang dialami oleh kelompok itu. Hal ini bukanlah satu-satunya dasar dari perubahan diri. Seperti yang dijelaskan Mead dalam uraiannya mengenai perbedaan antara “Me” dan “I” sebagai dua fase diri. “Me” itu merupakan organisasi diri yang biasa dan menurut adat. Ia mengandung sikap orang lain yang dikelola sebagai panduan bagi tingkah laku orang itu.

Oleh karena kita memasukkan sikap orang lain untuk membentuk kesadaran diri kita sendiri, maka “me” itu menjadi diri sebagai objek yang kita sadari semasa kita mengingat kembali tingkah laku kita.

No comments:

Post a Comment

komentar

Ke Mana Semua Kekuasaan Menghilang ?

Bidang politik pun semakin banya ilmuan yang meng-interprestasikan struktur politik manusia sebagai sistem pemprosesan data. Sebagai mana ...